Bukan karena ingin, Mak Aisah menyeret tubuhnya karena terlahir mengidap penyakit polio. Terlebih, ia juga pernah mengalami kecelakaan saat masih berusia delapan tahun, ditabrak oleh kendaraan roda dua.
Membuat kondisi kakinya semakin memburuk dan tidak bisa digunakan untuk berjalan.

Senin ke Minggu, Pagi ke Malam. Mak Aisah jajahi terjalnya jalan demi menjual rambutan.
Sebelumnya, ia pernah mempunyai usaha warung kecil-kecilan. Namun warungnya terpaksa ditutup karena bangkrut akibat covid.

“Alhamdulillah saya nya mah masih selamat, Jang..”
Bukan perihal kecelakaan, melainkan musibah lain yang menimpanya.
Tidak butuh waktu lama sejak tutupnya warung, rumah kecil tempat ia beristirahat dan membuka warung tersebut pun ikut kandas dilahap sang jago merah.

Ujian demi ujian Mak Aisah lewati dengan ketabahan. Lewat berjualan rambutan, Mak Aisah mencoba peruntungan.
Seringkali kakinya luka berdarah hingga bengkak akibat terus menerus ia seret. Belum lagi beban rambutan yang harus ia gendong.
Rambutan yang jarang sekali pembelinya, ditambah kerap kali berjatuhan di jalanan tanpa Mak sadari. Membuat dirinya sering kerugian dan kebingungan untuk makan.

Mak Aisah selalu tabah dan sabar menghadapi tiap ujian yang datang ke kehidupannya. Ia tidak berharap banyak hal, hanya ingin bisa membuka kembali warung di tempat tinggal sementaranya sekarang agar tidak harus menyeret badan lagi.
Mak Aisah ingin berjualan tanpa harus merasakan kesakitan dari kakinya yang berdarah dan bengkak-bengkak. Orang-orang baik, di Bulan Suci yang penuh berkah ini, mari kita sisihkan sedikit nikmat yang kita miliki.
Mungkin bagi kalian sedikit, tapi akan sangat berarti untuk Mak Aisah.
Klik "DONASI" dan berikan donasi terbaikmu.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk kebutuhan pokok dan pemberian modal usaha untuk Bu Isah. Sebagian donasi juga akan digunakan untuk membantu mereka yang membutuhkan bantuan dibawah naungan Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.