Cinta sejati tak selalu terlihat dari hal besar. Kadang, ia hidup dalam sosok renta yang rela menahan lapar, dingin, dan sepi—demi seseorang yang ia sayangi.
Begitulah Abah Soma. Di usianya yang sudah 83 tahun, ia masih setia berjuang sebagai penjual tisu keliling di kota Bandung. Setiap hari dari pagi hingga sore, Abah berdiri di depan sebuah toserba, berharap ada yang membeli dagangannya seharga Rp3.000—dengan keuntungan hanya Rp1.000 per bungkus.
Bukan karena tak ingin istirahat. Tapi ada satu alasan yang membuat Abah tetap bertahan di perantauan
“Kalau saya pulang tanpa uang, nanti istri saya makan apa?” ujar Abah lirih.
Sudah hampir 10 tahun ia jauh dari istrinya yang tinggal di Tasikmalaya. Namun cinta dan tanggung jawab membuat Abah Soma tak pernah menyerah. Meski kini tangan kanannya kaku dan membengkok, ia tetap berjualan, hanya dengan mengandalkan tangan kirinya.
Meski dagangan sering tak laku, bahkan kadang ditawar dengan harga tak masuk akal, Abah tetap bersabar. Ia rela tidur di emperan toko, beralaskan kardus bekas dan hanya diselimuti selembar kain tipis. Untuk makan saja susah, apalagi untuk menyewa kontrakan atau rutin mengirim uang ke kampung.
Namun, rindu dan cinta kepada sang istri membuat Abah bertahan. Di balik tubuh renta dan wajah lelahnya, ada kekuatan besar bernama kesetiaan. Mari bantu ringankan beban Abah Soma. Cinta tulusnya layak mendapatkan tempat yang lebih layak untuk berteduh dan rezeki yang cukup untuk pulang ke kampung halaman bertemu istri tercinta.
Dana yang terkumpul akan digunakan untuk membantu Abah Soma mendapatkan tempat tinggal yang layak, memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta modal usaha kecil agar beliau tak perlu lagi berjualan tisu di usia senja. Insya Allah, jika ada kelebihan dana, akan disalurkan kepada penerima manfaat lain melalui program-program kemanusiaan Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.