Bu Devi dan suaminya nggak pernah nyangka, penantian panjang selama 9 bulan itu justru berakhir dengan ujian seberat ini.
Bayi yang mereka tunggu-tunggu lahir tanpa kaki, dan hanya punya satu tangan kiri, itu pun tidak sempurna, bengkok, dan jari-jarinya saling menempel satu sama lain.
“Waktu pertama lihat, saya langsung lemas, tapi tetap saya peluk... dia tetap anak saya,” ucap Bu Devi pelan sambil menatap putrinya, Ghina.

Namun, cobaan untuk Ghina tidak berhenti sampai di situ. Beberapa minggu setelah lahir, dokter menyatakan bahwa Ghina mengalami infeksi usus parah. Tubuh kecilnya sering menggeliat kesakitan, menangis tanpa henti, bahkan sampai kejang dan tak sadarkan diri.
“Kalau sudah kejang begitu, saya cuma bisa nangis sambil peluk dia. Gak tega banget lihat anak sekecil itu harus berjuang kayak gitu,” ucap Bu Devi.
Setiap hari, Ghina harus menjalani perawatan intensif. Pernah, tubuh mungilnya dipenuhi selang dan jarum infus saat dirawat di ruang PICU. Ia harus mendapatkan obat-obatan khusus dan asupan nutrisi yang cukup agar kondisinya stabil. Tanpa pengobatan rutin dan nutrisi yang memadai, risiko fatal bisa sangat tinggi.

Sayangnya, perjuangan keluarga kecil ini sangat berat. Ayah Ghina hanya berjualan pisang dan kelapa parut di sekitar rumah dengan penghasilan sekitar Rp50.000 per hari. Uang itu harus cukup untuk makan, beli susu Ghina, dan ongkos ke rumah sakit yang jaraknya cukup jauh.
“Kadang saya bingung, Mas. Mau ke rumah sakit tapi ongkosnya aja udah gak cukup. Tapi kalau gak dibawa, saya takut anak saya kenapa-kenapa,” ucap Bu Devi

Di rumah, Bu Devi juga harus merawat ibunya yang sudah lanjut usia dan menderita demensia. Setiap hari, ia bolak-balik antara menjaga bayi yang sakit dan nenek yang sering lupa arah dan harus diawasi terus.
“Kayak punya dua bayi sekarang saya, tapi Alhamdulillah, saya yakin Allah pasti bantu,” Kata Ibu.
Meski keadaannya berat, Bu Devi gak pernah berhenti berjuang. Dia hanya berharap Ghina bisa tumbuh sehat, bisa tersenyum tanpa rasa sakit, dan bisa punya masa depan seperti anak-anak lainnya.
Tapi untuk itu, mereka butuh bantuan kita. Biaya pengobatan Ghina yang terus berjalan bikin keluarga ini kewalahan. Tanpa bantuan, mereka gak tahu bagaimana harus melanjutkan perawatan sang buah hati.


