“Kalau saya nggak kerja, siapa yang kasih makan cucu dan istri di rumah?” ujar abah. Abah Sulaiman adalah tukang servis payung keliling berusia 70 tahun. Disaat sebagian orang seusianya menghabiskan hari di rumah bersama keluarga, Abah justru berjalan kaki menyusuri jalanan kota Bandung, membawa alat servis payung keliling sederhana di tangannya berharap ada yang memanggil jasanya hari itu.
Setiap hari, Abah berkeliling dari Gasmin, Antapani, Gedebage, Arcamanik, hingga Sukamiskin, tanpa menggunakan transportasi. Hanya langkah kaki yang setia menemaninya menjemput rezeki.
“Saya mah nggak pasang tarif. Takut orang mundur. Jadi, seikhlasnya aja…”
Kalau beruntung, ia bisa pulang dengan uang Rp 30.000. Tapi lebih sering tak dapat untung sama sekali.
Abah tak punya tempat tinggal di Bandung. Ia tidur berpindah-pindah dari satu masjid ke masjid lainnya. Di balik bangunan suci itu, sarung lusuhyang digunakan sebagai selimut, tas tua yang digunakan sebagai bantal, dan lantai dingin menjadi alas tubuh rentanya yang lelah. Sudah satu bulan lebih Abah belum bisa pulang ke kampung di Tasik. Tak ada uang untuk ongkos.
Di kampung, Abah meninggalkan seorang istri dan dua cucu kecilnya. Satu duduk di TK, satu lagi baru kelas 1 SD. Sang istri bekerja sebagai buruh kebun bayarannya bahkan tak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Abah memilih merantau sendirian ke Bandung, agar dapur di rumah tetap bisa mengepul.
“Kadang saya dikasih makan gratis di jalan. Tapi kalau makan sendiri, saya suka kepikiran… di rumah istri dan cucu makan apa ya hari ini?” ujar abah
Pernah suatu kali, Abah di hampiri dua orang asing. Mereka meminta uang—Rp 30.000, jumlah yang bahkan belum ia dapatkan hari itu. Karena tak bisa memberi, Abah justru dimaki-maki di depan umum. Tapi abah tak membalas. Ia hanya menunduk. Diam.
“Wayah ginih, siapa juga yang mau servis payung…”
Kalimat itu terlontar lirih dari mulut Abah. Tapi meski tahu usahanya kian sepi, ia tetap melangkah. Karena di rumah, ada dua cucu dan seorang istri yang menggantungkan harapan padanya.
Mimpi Abah sederhana ia hanya ingin punya warung kelontong kecil di kampung, pulang ke rumah, berkumpul dengan istri dan cucu dan tak lagi keliling kota menenteng alat servis payung, serta menyekolahkan cucu-cucunya dengan layak
Donasi yang kamu berikan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari abah, membantu melunasi hutang kebutuhan pokok, memberikan modal usaha kelontong, serta biaya pendidikan cucunya. Jika terdapat kelebihan dana, akan disalurkan kepada penerima manfaat lainnya di bawah naungan program Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.