Dulu Mak Kokom memiliki suami yang menemani perjalanan hidupnya. Namun sayangnya, sang suami harus pergi lebih dulu meninggalkan Mak Kokom untuk selamanya.
Tak lama sejak ditinggal meninggal suami, Mak Kokom justru diuji dengan penyakit yang menimpanya.
Berawal dari benjolan kecil yang tumbuh di payudaranya 5 tahun lalu. Kian lama benjolan tersebut kian membesar dan menjalar ke tangannya. Kini tangannya pun membengkak sangat besar.
Memaksakan untuk meminjam uang ke kerabat, Mak Kokom memeriksakan kondisinya ke dokter. Dokter mengatakan ada kemungkinan kanker dan harus segera dirujuk ke rumah sakit. Karena kalau tidak, akan membahayakan nyawa Mak Kokom.
Namun Mak Kokom tidak bisa mengikuti anjuran dokter. Karena sehari-hari ia hanya menjadi penjual kecimpring yang penghasilannya tidak seberapa.
Jangankan untuk berobat, Mak Kokom justru mendahulukan kebutuhan sang Ibunda yang juga memerlukan obat serta makan. Karna Ibu Mak Kokom sudah sangat tua dan harus dirawat oleh anaknya.
Demi ibunya bisa tetap makan, Mak Kokom tahan semua sakit yang ia rasa.
“Sakit ini teh a.. Panas banget rasanya.. Tapi da Emak gak bisa berobat.. Suka pake obat warung aja sambil dibalurin air tangannya biar gak panas-panas banget..” keluh Mak Kokom mengenai kondisi tangannya yang kerap terasa sakit dan panas.
Meskipun ia sedang berjuang, tetapi orang-orang tetap ketakutan untuk membeli dagangan Mak Kokom. Mereka takut tertular penyakit yang sebenarnya tidak menular.
Sahabat amal, yuk kita bergotong royong bantu ringankan beban Mak Kokom yang ia pikul sendirian. Mari kita berbagi sedikit berkah agar Mak Kokom bisa segera melakukan pengobatan untuk penyakitnya dan segera sehat kembali.