Setiap bayi seharusnya bisa tumbuh sehat dalam dekapan hangat ibu dan ayah. Tapi bagi Ridzwan, bayi mungil berusia 7 bulan ini, hidup sejak lahir sudah penuh perjuangan. ia terlahir tanpa lubang anus dan tubuh mungilnya yang sudah menjalani dua kali operasi untuk membantu pengeluaran kotorannya.
Kini, usus kecil Ridzwan terpaksa dikeluarkan lewat lubang di perut. Setiap hari, kotorannya harus ditampung dengan kantong plastik tomat ukuran ½ kg yang ditempelkan dengan double tape bukan kantong kolostomi medis, karena orang tuanya mengalami keterbatasan biaya pengobatan. Akibatnya, kulit perut Ridzwan sering lecet, membuatnya sering menangis dan kesakitan setiap kali plastik diganti.
Sebenarnya, perjalanan pengobatan Ridzwan masih panjang. Dokter mengatakan, ia masih memerlukan setidaknya satu kali operasi lagi: untuk membentuk saluran anus, menyambungkan usus, dan menutup lubang di perutnya. Namun, semua ini memerlukan proses yang memakan waktu lebih dari dua tahun, dengan tahapan:
- Berat badan harus mencukupi untuk observasi
- Pembuatan lubang anus kecil hingga besar (memakai busi)
- Penyambungan usus ke anus
- Penutupan lubang di perut
Saat ini, Ridzwan sudah dirujuk ke RSHS Kota Bandung untuk tahapan lanjutan. Namun, orang tuanya belum bisa membawa sang buah hati ke rumah sakit karena terkendala ongkos dan bekal perjalanan.
Keluarga Ridzwan hidup dalam keterbatasan. Ayahnya, seorang pedagang donat keliling, hanya berpenghasilan sekitar Rp40 ribu sehari—itu pun setelah dipotong ongkos sebesar Rp12 ribu. Ibunya tidak bekerja, karena harus merawat Ridzwan dan kakaknya yang berusia 9 tahun. Kakaknya pun memiliki keterlambatan tumbuh kembang; hingga kini belum bisa berbicara lancar dan belum bisa mandiri seperti anak seusianya.
Mereka tinggal menumpang di rumah kakek-nenek di Cimareme, bersama delapan orang dalam satu atap. Kakek Ridzwan, meski sudah renta, masih mencari nafkah sebagai pemulung rongsok untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarganya. Untuk pengobatan Ridzwan, BPJS memang membantu menanggung biaya medis dasar, namun banyak kebutuhan penting yang tidak ter-cover—seperti kantong kolostomi dan perawatan luka di perut. Kerap kali, kedua orang tuanya harus meminjam ke sana-sini demi membeli kebutuhan ini.
Meski hidup dalam kesulitan, harapan orang tua Ridzwan tetap sabar agar anak mereka bisa tumbuh normal, tidak merasa malu, tidak dikucilkan kelak saat besar nanti. Mereka terus berjuang, sejak Ridzwan masih bayi, agar pengobatannya tidak terhenti.
Dibalik senyum mungilnya, Ridzwan masih harus bertahan dari rasa perih dan tidak nyaman setiap harinya. Proses pengobatan yang panjang masih terbentang di depan mata. Mari kita bantu agar Ridzwan bisa segera mendapatkan operasi yang ia butuhkan.
Dana yang terkumpul akan digunakan untuk biaya pengobatan Ridzwan, pembelian kantong kolostomi medis, kebutuhan perawatan harian, serta transportasi dan akomodasi selama proses pengobatan lanjutan di RSHS Bandung. Jika terdapat kelebihan dana, akan disalurkan kepada penerima manfaat lainnya di bawah naungan program Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.