Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang guru honorer bernama Pak Edi Mulyadi (54). Setiap hari beliau mengajar sekolah dasar setempat.
Meskipun memiliki keterbatasan fisik, namun tekadnya tetap kuat untuk memberikan pendidikan terbaik bagi murid-muridnya..
Perjalanan hidup Pak Edi penuh dengan tantangan yang menguji keteguhan hatinya. Saat bayi, Pak Edi mengalami demam tinggi dan kejang yang membahayakan nyawanya. Karena keterbatasan ekonomi, orangtuanya tidak mampu membawanya ke dokter.
Ia hanya diobati oleh tokoh agama setempat. Pengobatan tradisional tersebut memang menyelamatkan nyawa Pak Edi, tetapi kesehatannya tak pernah sama lagi. Ia tumbuh menjadi seorang difabel. Namun, semangatnya tetap menyala, menjadikannya pribadi yang tangguh.
Setiap pagi, sebelum berangkat mengajar ia memberi makan ayam-ayam peliharaan yang menjadi sebagian sumber penghasilan untuk menyambung hidup keluarga karena penghasilan 600 ribu/bulan dari mengajar sangat terbatas.
Pak Edi berangkat ke sekolah menggunakan sepeda yang sudah usang. Jalannya tertatih, namun semangatnya tak pernah pudar. Sepeda tua itu menjadi saksi bisu dedikasinya sebagai guru yang selalu siap membimbing dan menghibur murid-muridnya dengan penuh kehangatan namun tetap tegas.
Sejak tahun 2005, Pak Edi mengabdikan dirinya sebagai guru. Di siang hari, ia melanjutkan pengabdiannya dengan mengajar di Madrasah Diniyah, membimbing anak-anak dalam pelajaran agama. Bagi murid dan rekan-rekannya, ia adalah sosok guru yang cerdas, pintas, tegas dan baik hati.
Pak Edi tinggal di sebuah rumah sederhana di pinggiran desa, milik keluarga almarhumah istrinya. Sejak istrinya meninggal akibat kanker payudara, kini Pak Edi tinggal bersama anak kandung dan tirinya.
Masalah besar datang ketika keluarga almarhumah istrinya ingin menjual rumah tersebut. Mereka menganggap rumah itu sebagai warisan yang harus dibagi, sedangkan Pak Edi tidak memiliki hak untuk tinggal di sana lagi.
Pak Edi dan kedua anaknya bisa terusir kapan saja! Kisah hidupnya adalah cerminan dari perjuangan, ketulusan dan dedikasi tanpa henti. Ia mengajarkan bahwa menjadi pahlawan tidak memerlukan medali atau penghargaan, tetapi cukup dengan ketulusan hati dan ikhlasnya pengabdian.
Mari kita beri apresiasi dan dukungan untuknya yang tak pernah lelah berjuang demi masa depan anak-anak bangsa.
Klik "DONASI" dan berikan donasi terbaikmu.
Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk kebutuhan pokok, pemberian modal usaha dan tempat tinggal yang kayak untuk Pak Edi. Donasi yang terkumpul lebih akan disalurkan untuk membantu penerima manfaat lain serta keberlangsungan program sosial kemanusiaan di bawah naungan Yayasan Sahabat Beramal Jariyah.